 |
wikipedia.com |
Danau Tobamerupakan keajaiban alam menakjubkan di Pulau Sumatera.
Sulit membayangkan ada tempat yang lebih indah untuk dikunjungi di
Sumatera Utara selain danau ini. Suasana sejuk menyegarkan, hamparan air
jernih membiru, dan pemandangan memesona pegunungan hijau adalah
sebagian kecil saja dari imaji danau raksasa yang berada 900 meter di
atas permukaan laut itu.
Danau Toba adalah danau berkawah seluas 1.145 kilometer persegi. Di
tengahnya berdiam sebuah pulau dengan luas yang hampir sebanding dengan
luas negara Singapura. Danau Toba sebenarnya lebih menyerupai lautan
daripada danau mengingat ukurannya. Oleh karena itu, Danau Toba
ditempatkan sebagai danau terluas di Asia Tenggara dan terbesar kedua di
dunia sesudah Danau Victoria di Afrika. Danau Toba juga termasuk danau
terdalam di dunia yaitu sekira 450 meter.
Danau Toba diperkirakan para ahli terbentuk setelah letusan gunung
api super sekira 73.000-75.000 tahun lalu. Saat itu 2.800 km kubik bahan
vulkanik dimuntahkan Gunung Toba yang meletus hingga debu vulkanik yang
ditiup angin menyebar ke separuh wilayah Bumi. Letusannya terjadi
selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 kilometer di atas
permukaan laut.
Akibat letusan gunung api super (Gunung Toba) diperkirakan telah
menyebabkan kematian massal dan kepunahan beberapa spesies mahluk hidup.
Letusan Gunung Toba telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca bumi
dan mulainya masuk ke zaman es sehingga mempengaruhi peradaban dunia.
Bagi masyarakat
sekitar Danau Toba memiliki sejarah magis yang dipercayai sebagai tempat
tinggal Namborru (tujuh dewi nenek moyang Suku Batak). Apabila suku
Batak akan melakukan upacara di sekitar danau mak mereka harus berdoa
dan meminta izin Namborru terlebih dahulu.
Pulau Samosir adalah pulau yang unik karena merupakan pulau vulkanik
di tengah Danau Toba. Ketinggiannya 1.000 meter di atas permukaan laut.
Meskipun telah menjadi tempat tujuan wisata sejak lama, Samosir
merupakan keindahan alam yang belum terjamah. Di tengah Pulau Samosir
ini masih ada lagi dua danau indah yang diberi nama Danau Sidihoni dan
Danau Aek Natonang. Daerah sekitar Danau Toba memiliki hutan-hutan pinus
yang tertata asri. Di pinggiran Danau Toba terdapat beberapa air terjun
yang sangat mempesona. Di sekitar Danau Toba juga akan Anda dapati
tempat pemandian air belarang.
Di Pulau Samosir Anda juga dapat menemukan pegunungan berkabut, air
terjun yang jernih untuk berenang, dan masyarakat peladang. Keramahan
masyarakat Batak pun akan memikat Anda karena kemanapun Anda pergi maka
dengan segera dapat menemukan teman baru.
Di Kota Parapat yang merupakan semenanjung yang menonjol ke danau
Anda dapat Anda nikmati pemandangan spektakuler Danau Toba. Parapat
dihuni masyarakat Batak Toba dan Batak Simalungan yang dikenal memiliki
sifat ceria dan mudah bergaul, terkenal pula senang mendendangkan lagu
bertema cinta yang riang namun penuh perasaan.
Kini Danau Toba menjadi salah satu
tujuan wisata terbaik di Indonesia. Tempat dimana Anda dapat melakukan
berbagai macam kegiatan untuk menikmati keindahan alam seperti mendaki
gunung, berenang, atau berperahu layar. Udaranya bersih dan sejuk
harmonis dengan suasana santai masyarakatnya yang ramah.
Banyak wisatawan lebih memilih tinggal di Pulau Samosir di tengah
danau. Sebagai tempat tinggal asli masyarakat Batak Toba, Pulau Samosir
memiliki bekas peninggalan zaman purbakala di antaranya ialah kuburan
batu dan desa-desa tradisional. Di pulau ini Anda dapat menemukan
kebudayaan Toba yang unik dan kuno. Amati juga arsitektur tradisional
rumah Batak Toba yang majemuk. Keindahan alam Pulau Samosir mengartikan
bahwa pulau ini adalah tempat yang cocok untuk dikunjungi dan
menghindari kepenatan rutinitas. Samosir mudah dijangkau oleh kapal
ferri dari Parapat. Di Tomok juga terdapat Makam Raja Sidabutar, yang
usianya sudah 500 tahun. Juga terdapat Patung Sigale-Gale yang bisa
menari.

ika
Anda merasa bersemangat di Parapat ada banyak fasilitas untuk berenang,
bermain ski air, mengendarai motor boat, menaiki kano, memancing dan
bermain golf. Dari Parapat Anda dapat berjalan-jalan santai di bukit
Sungai Naborsahon dimana Anda akan melihat bunga bugenvil, pointetties,
honey suckle yang spektakuler berbunga sepanjang tahun. Banyak
pengunjung yang datang menghabiskan waktu di danau dengan berenang di
air yang menyegarkan atau menyewa perahu layar mengelilingi danau yang
besar tersebut. Tidak perlu khawatir tersengat sinar matahari karena
iklim di sini sejuk dan kering dengan pemandangan danau yang indah,
tempat ini adalah tempat yang ideal untuk bersantai. Sambil melihat
Matahari terbenam di Danau Toba adalah cara yang sempurna untuk
bersantai dan menghabuskan waktu bersama orang yang Anda sayangi.
Di Samosir, Anda juga dapat berjalan-jalanlah ke pedalaman dan
menjelajahi dua danau yang lebih kecil yaitu Danau Sididhoni dan Aek
Natonang. Jika Anda masih belum merasa puas dengan suasana di Samosir,
jelajahi pedalaman dengan trekking ke dataran tinggi. Sebaiknya tanya
hotel atau masyarakat setempat tentang rutenya karena jalannya terkadang
berlumpur dan licin tergantung cuaca.
Jika Anda tertarik dengan sejarah maka kunjungi komplek pemakaman
Raja Sidabutar dimana dapat melihat peninggalan budaya megalit yang
unik. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan dan
masyarakat Batak, kunjungilah desa tradisional Jangga penghasil kain
ulos yang berjarak sekitar 24 km dari Parapat. Di tepi Danau Toba juga
terlihat Wisma Soekarno, tempat Presiden pertama Indonesia diasingkan,
dengan desain bangunan yang dicat warna putih nan megah.
Di Danau Toba tidak ada lokasi tempat makan khusus. Warung makan khas
Sumatera Utara adalah Lapo namun makanan yang disajikan di sini dominan
tidak halal sehingga Anda yang Muslim disarankan mencarinya di warung
nasi padang dan makanan khas Jawa yang buka pada malam hari.
 |
kulinerart.com |
|
|
Ada juga Arsik sebagai makanan khas di suku batak
 |
tina-tinu-wisata.blogspot.com |
KOTA PARAPAT
Parapat sangat terkenal dengan keindahan danau tobanya. Kota ini menjadi objek wisata terkenal di
Sumatera Utara.
Bahkan, di era 1990-an, tepatnya sebelum tahun 1997, kota ini menjadi
destinasi favorit para turis-turis luar negeri, terutama berasal dari
Belanda,
Malaysia,
Singapura,
Jerman,
Jepang,
Korea, bahkan ada juga yang berasal dari
Amerika.
Namun, pada tahun 1997, terjadi gejolak krisis moneter yang membuat
para turis menjadi enggan berwisata ke tempat ini. Meski demikian,
masyarakat Parapat dan pemerintah berjuang untuk memajukan pariwisata
Parapat.
Bila berkunjung ke Parapat, kita akan menemukan beberapa tempat yang
bisa kita kunjungi. Rumah pengasingan mantan Presiden RI yang pertama,
Soekarno, ada di Parapat meski tidak banyak orang yang tahu
keberadaannya. Ada juga beberapa kawasan tertentu dimana kita bisa
berenang menikmati sejuknya air danau Toba, seperti di daerah Pantai
Kasih, Pantai Ujung, dan beberapa kawasan lain disekitarnya. Sebagai
informasi, masyarakat Parapat menyebut Pantai atau Pante untuk daerah
yang memiliki pasir putih (dulunya;karena sekarang nyaris sulit
menemukan pantai dengan pasir putih dipinggirannya). Selain berenang,
Anda juga bisa menyewa speedboat atau sepeda air untuk menikmati
pemandangan di sekitar danau Toba, Parapat.
Untuk membeli oleh-oleh khas Parapat, Anda bisa membeli mangga dan
kacang garing yang dimasak dengan menggunakan pasir. Jangan lupa juga
mengunjungi beberapa kios suvenir yang menjual kerajinan-kerajinan khas
suku Batak maupun khas danau Toba, yang terletak di sekitar Jalan
Haranggaol dan dekat kawasan pantai yang disebut diatas.
 |
WIKIPEDIA.COM |
bERIKUT ASAL USUL KOTA PARAPAT DAN BATU GANTUNG
Dahulu
kala, di sada huta terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara,
hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang
cantik jelita bernama Seruni.
Selain rupawan,
Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap
hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi
Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang
diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni
hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki.
Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk
merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia
sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya,
si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan
mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu
menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang
majikan tetap saja usik dengan lamunannya.
Memang beberapa
hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih,
karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda
yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan
seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga
yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin
mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika
harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak
sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.
“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.
Beberapa
saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai
air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu
ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing
curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil
menggonggong.
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni
berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang
dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu
yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu
membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu
sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan
dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.
“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.
Si
Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia
tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang.
Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki
benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus
asa.
“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.
Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.
“Parapat[2]… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..
Sementara
si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong
di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera
berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.
Sesampai
di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang
kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.
“Auggg…!
auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk
memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan
bahaya.
“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.
Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.
“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.
“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.
“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.
“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.
Tak
lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah
Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke
tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju
ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil
mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada
warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.
Kedua orang
tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika
mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang
mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita:
“Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”
“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.
“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.
“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.
“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.
tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.
“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.
“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.
Beberapa
kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya
suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk
menghimpitnya.
“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”
“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga
yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga
mengulurkan seutastampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu
tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan
keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke
dalam lubang batu.
“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.
“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.
“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.
“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.
“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.
Akhirnya
ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar
suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat.
Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir
Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga
berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan
mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat
diselamatkan dari himpitan batu cadas.
Beberapa saat
setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang
menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding
tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu
itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batucadas di dalam
lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.
Beberapa
hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis
itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat
“Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan
kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara:
“Parapat… parapat batu… parapatlah!”
Oleh karena kata
“parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka
Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.
Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang
sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
 |
VISITSAMOSIR.WORDPRESS.COM |
|
|
|
SEKIAN :)